Indograf.com – Orang utan dikenal sebagai satwa yang membawa kehidupan bagi hewan atau tumbuhan lainnya, dengan bersarang, misalnya, orang utan membuka sedikit tajuk pepohonan, memungkinkan sinar matahari bisa mencapai lantai hutan dan membuat pohon-pohon muda yang belum tinggi mendapat kesempatan langsung terkena sinar matahari yang penting untuk proses fotosintesis.
Orang utan juga jadi penebar benih dari biji-bijian yang berasal dari buah yang dimakannya sebab daya jelajahnya di hutan bisa berkilo-kilometer per hari.
Kemarin, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur melepasliarkan empat orang utan (pongo pygmaeus morio) ke Hutan Kehje Sewen di Muara Wahau, Kutai Timur.
“Kami antarkan empat individu ke bagian utara Hutan,” kata Kepala BKSDA Kaltim Ari Wibawanto, Sabtu
“Karena itu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terus berupaya untuk menyelamatkan dan melindungi orang utan, melakukan konservasi atas satwa liar yang tak ternilai harganya ini,” kata Ari Wibawanto.
Sebelumnya pada Kamis (9/11), keempat individu orang utan yang berusia antara 13-33 tahun itu dibawa dengan mobil dari Samboja Lestari, fasilitas kandang dan perawatan untuk rehabilitasi orang utan yang dikelola Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) di Samboja, Kutai Kartanegara, menuju pulau pelepasliaran Juq Kehje Swen di Muara Wahau.
Jarak ditempuh tak kurang dari 18 jam, perjalanan Samboja-Muara Wahau, Setelah itu dari Juq, kandang-kandang diangkut dengan helikopter menuju bagian utara hutan Kehje Sewen, kata Ari Wibawanto.
“Dengan langkah ini, kami tidak hanya membebaskan orang utan ke habitat aslinya, tetapi juga membuka pintu harapan bagi kelangsungan hidup spesies ini dan ekosistem yang mereka huni,” kata Ari Kepala BKSDA Kaltim.***
Sumber: Antara