indograf.com, Depok – Pemerintah Kota Depok terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok masyarakat. Hal ini tercermin dari digelarnya Rapat Koordinasi High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Ruang Edelweiss, Balai Kota Depok, Selasa (25/6/2025).
Pertemuan strategis tersebut dibuka langsung oleh Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Kota Depok, Nina Suzana. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa rapat ini bukan sekadar agenda rutin tiga bulanan, melainkan momen penting untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi inflasi di Kota Belimbing.
> “Rakor ini bukan hanya rutinitas. Ini adalah ruang evaluasi berbasis laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menjadi dasar kebijakan Pemkot, terutama untuk perangkat daerah,” ungkap Nina di hadapan awak media.
Tantangan Kota Depok: Bukan Penghasil Pangan
Nina menyoroti karakteristik unik Kota Depok yang bukan merupakan daerah penghasil komoditas pangan. Kebutuhan pokok, terutama bahan makanan, sangat bergantung pada suplai dari daerah tetangga seperti Bogor, Cianjur, dan wilayah lainnya. Maka dari itu, koordinasi lintas wilayah menjadi kunci utama dalam menjaga kestabilan harga.
> “Inflasi di Depok tidak bisa dilihat secara lokal saja. Karena pasokan kita berasal dari luar, maka komunikasi dengan daerah penghasil harus dijaga erat,” jelasnya.
Tak hanya itu, ia juga mengingatkan bahwa dinamika global seperti konflik internasional dapat memicu lonjakan harga bahan bakar yang akhirnya berdampak luas pada komoditas lain.
> “Kenaikan BBM akan mendorong naiknya harga barang lainnya. Ini bisa menurunkan daya beli masyarakat. Maka, antisipasi harus disiapkan sedini mungkin,” tambahnya.
Urban Farming dan Bibit Cabai: Strategi Nyata Hadapi Inflasi
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Pemkot Depok menggencarkan langkah-langkah konkret melalui penguatan ekonomi lokal. Salah satunya adalah urban farming atau pertanian kota. Melalui program ini, lahan terbatas di pekarangan rumah dimanfaatkan untuk menanam sayuran dan tanaman pangan.
Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) bersama Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (DKUM) menjadi ujung tombak implementasinya.
> “Pertanian rumah tangga ini sangat strategis. Selain menjaga ketahanan pangan keluarga, juga bisa menstabilkan permintaan dan harga di pasaran,” ujar Nina.
Pemkot Depok bahkan berencana membagikan bibit cabai ke seluruh RT-RW di kota tersebut. Ini merupakan upaya menghadapi fluktuasi harga cabai, yang kerap menjadi penyumbang utama inflasi.
> “Cabai bisa melonjak dari Rp40 ribu ke Rp100 ribu. Dengan menanam sendiri, masyarakat tidak hanya hemat, tapi juga terlindungi dari gejolak pasar,” katanya.
Inflasi Terkendali, Deflasi Jadi Kabar Baik
Berdasarkan data terbaru BPS, kondisi inflasi Kota Depok saat ini masih dalam batas aman. Inflasi tahunan (year-on-year) tercatat sebesar 1,63 persen, sedikit di atas rata-rata Jawa Barat yang berada di angka 1,47 persen. Sementara itu, inflasi bulanan (month-to-month) justru menunjukkan angka deflasi sebesar 0,35 persen.
> “Alhamdulillah, inflasi kita terkendali bahkan mengalami deflasi. Ini menunjukkan kerja sama semua pihak berjalan baik,” pungkas Nina.
Rapat TPID ini menjadi sinyal bahwa Pemkot Depok tak tinggal diam menghadapi gejolak ekonomi. Dengan strategi terukur dan partisipasi aktif masyarakat, stabilitas harga dan daya beli warga diharapkan tetap terjaga di tengah ketidakpastian global.
(NW)