indograf.com, Jember – Momen wisuda sarjana menjadi kesempatan bagi Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf mengobarkan semangat untuk melawan kemiskinan.
“Saya berdiri di sini bukan hanya sebagai Menteri Sosial, tapi sebagai bagian dari bangsa yang sedang berjuang keras menghapus kemiskinan—bukan dengan belas kasihan, tapi dengan keberpihakan yang nyata,” ujar Mensos Gus Ipul dalam rapat terbuka senat Universitas Islam Jember (UIJ) sebagai rangkaian wisuda 2025 Sarjana (S1) dan Diploma di Convention Hall New Sari Utama, Jember, Sabtu (31/5/2025)
Lewat orasi ilmiah bertajuk “Dari Kampus Menuju Masyarakat: Menyulam Harapan, Menghapus Kemiskinan”, Gus Ipul menegaskan bahwa kemiskinan bukan sekadar soal kekurangan harta, namun berupa jerat yang melumpuhkan harapan, memutus rantai pendidikan, dan menutup pintu masa depan.
“Maka, kita harus melawannya bukan hanya dengan bantuan, tetapi dengan kebijakan yang berpihak, data yang akurat, dan semangat yang tak pernah padam,” tegas Gus Ipul.
Sebagai implementasi upaya melawan kemiskinan, sesuai Instruksi Presiden No 4 tahun 2025, Kementerian Sosial kini menggunakan Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN) sebagai dasar utama seluruh program. Hal ini sebagai sebuah kesadaran bahwa kebijakan tanpa data adalah buta, dan bantuan tanpa kejujuran berpotensi menjadi luka bagi masyarakat.
Bentuk perhatian pemerintah bukan hanya dengan menyalurkan bantuan sosial bagi masyarakat, tapi juga melalui inisiasi Sekolah Rakyat—sebuah ruang pendidikan berasrama tanpa biaya, yang khusus ditujukan untuk anak-anak dari keluarga miskin ekstrem.
Lantaran jalur pendidikan menjadi kunci penting mengangkat derajat sosial perekonomian generasi mendatang.
“Kami gerakkan para pendamping sosial untuk tidak hanya menyalurkan bantuan, tapi mengantar 10 keluarga per tahun keluar dari kemiskinan—bukan sekadar keluar dari data penerima, tapi benar-benar naik kelas dalam kehidupan. Karena bansos itu sementara, tapi berdaya itu selamanya. Bantuan hanyalah awal. Tujuan kita adalah kemandirian,” jelas Gus Ipul.
Untuk itulah, Gus Ipul di hadapan Rektor Universitas Islam Jember Dr. H. Ahmad Halid beserta jajaran civitas akademika, para wisudawan dan keluarganya menegaskan bahwa lulusan sarjana harus didorong untuk mandiri.
“Gunakan ilmu kalian untuk hadir di tengah masyarakat, bukan sekadar di atas panggung seminar. Bangun UMKM, ajari masyarakat digitalisasi, dampingi anak-anak desa belajar. Jangan hanya mengejar profesi, tapi kejarlah makna dan kontribusi. Yang tak hanya mencari pekerjaan, tapi menciptakan penghidupan bagi banyak orang,” tegas Gus Ipul.
Kesempatan untuk menjadi insan yang bermanfaat bagi sesama melalui bekal pendidikan hingga sarjana, menurut Gus Ipul, menjadi sebuah capaian yang harus disyukuri. Lantaran dari data statistik pendidikan di Indonesia tercatat sebagian anak didik berhenti setelah lulus SD mencapai lebih dari 700 ribu orang. Lalu, terdapat 33 persen lulusan SMP tak bisa melanjutkan ke jenjang bangku SMA.
“Pendidikan adalah jalan terpuji dan teruji untuk memutus kemiskinan. Mari kita gunakan ilmu untuk hadir di tengah masyarakat. Semoga ilmu yang diterima nanti akan jadi lentera bagi banyak jiwa. Dari Jember dari UIJ untuk Indonesia dan dari kampus ini untuk kemanusiaan,” urai Gus Ipul.
Pesan tadi mendapat respons dari Ketua Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama (YPNU) Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin (Gus Aab) yang turut hadir dalam proses wisuda UIJ. Ia merefleksikan sosok dan karier Gus Ipul layak diteladani oleh lebih dari 4.000 mahasiswa UIJ.
“Gus Ipul muda jadi anggota dewan, wakil gubernur, wali kota dan sekarang menteri. Jadi inilah kehidupan tak selamanya linier dengan keinginan, maka butuh membangun soft skill, critical thinking, dan adaptibility. Kita hidup antara pilihan dan tidak bisa memilih,” jelas Gus Aab.
Kemampuan mengadaptasikan dengan berbagai hal dengan lingkungan tadi menjadi modal utama. Selanjutnya membutuhkan kemampuan berkomunikasi, inovasi, kreativitas dan bisa memecahkan masalah.
“Sekira 67 persen orang bekerja tidak sesuai bidang pendidikannya. Maka, alumni UIJ modalnya akidahnya kuat, ibadahnya benar, kecerdasan mumpuni, dan akhlaknya baik,” terang Gus Aab.
Usai kegiatan, Rektor UIJ memberikan cinderamata berupa batik hasil produksi Program Studi Matematika FKIP UIJ.
(NW)