Indograf.com – Berdasarkan data hasil Survei Status Gizi Indonesia, prevalensi stunting di Provinsi Sulawesi Barat naik dari 33,8 persen pada 2021 menjadi 35,0 persen pada 2022.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat berusaha mencegah stunting pada anak dengan menjalankan Program Merdeka Ancaman Stunting Baru dengan Kolaborasi Mitra Berbasis Aksi, yang juga disebut Ma’silambi.
“Nama Ma’silambi sendiri berasal dari bahasa Mamasa yang berarti bertemu, yang menggambarkan semangat kolaboratif dalam program ini,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Asran Masdy di Mamuju, Selasa.
Ia menyampaikan bahwa Program Ma’silambi telah dijalankan di tiga lokasi khusus, yakni Kelurahan Baurung di Kabupaten Majene, Desa Duampanua di Kabupaten Polewali Mandar, dan Desa Balla Satanetean di Kabupaten Mamasa.
Menurut dia, Program Ma’silambi antara lain ditujukan untuk meningkatkan cakupan penimbangan dan pengukuran badan anak balita sampai menjadi 100 persen.
Dengan cakupan penimbangan dan pengukuran badan anak yang tinggi, pertumbuhan anak balita dapat terus dipantau sehingga indikasi adanya kekurangan gizi dan gangguan pertumbuhan bisa diketahui sejak dini.
Jika kekurangan gizi dan gangguan pertumbuhan bisa dideteksi dan ditangani sejak dini maka stunting dapat dicegah.
Asran menyampaikan bahwa cakupan penimbangan dan pengukuran badan anak balita di Kelurahan Baurung dan Desa Duampanua sudah di atas angka 85 persen.
“Namun, untuk Desa Balla Satanetean, capaiannya masih di angka 40 sampai 50 persen,” katanya.
Berdasarkan evaluasi pelaksanaan program, ia menyampaikan, penyiapan Forum Ma’silambi dan keterlibatan langsung kepala desa atau lurah sebagai Ketua Forum Ma’silambi di Desa Duampanua dan Kelurahan Baurung merupakan kunci keberhasilan kolaborasi dalam pelaksanaan upaya pencegahan stunting.
Selain itu, dia mengemukakan pentingnya pertemuan Forum Ma’silambi secara berkala setiap bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian target program.
Dia mengatakan bahwa pelaksanaan Program Ma’silambi diharapkan dapat mempercepat penurunan angka kasus stunting, kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan kurang stimulasi.
Berdasarkan data hasil Survei Status Gizi Indonesia, prevalensi stunting di Provinsi Sulawesi Barat naik dari 33,8 persen pada 2021 menjadi 35,0 persen pada 2022.
Sementara itu, pemerintah pusat menargetkan prevalensi stunting bisa turun menjadi 14 persen pada 2024.***
Sumber: Antara